Jumat, 20 Maret 2009

Haruskah Seorang Pemimpin Dibenci?




tulisan

Seseorang pernah berkata ke saya,”Menjadi pemimpin harus siap untuk dibenci.” Hal ini ada benarnya tetapi bisa jadi berbahaya. Ada pemimpin-pemimpin yang akhirnya tidak mau instrospeksi diri karena dia merasa memang sudah seharusnya dia dibenci. Ketika pemimpin tersebut melakukan kesalahan dan berbuat sekehendakhatinya maka banyak orang yang membencinya. Ketika dia terlalu memaksakan pendapat maka orang di sekitarnya menunjukan rasa tidak sukanya. ”Bukankah menjadi pemimpin memang harus siap untuk dibenci?”

Tetapi yang terjadi apakah seperti itu? Apakah pemimpin-pemimpin besar adalah orang yang dibenci oleh bawahannya? Bahkan setahu saya, sejahat-jahatnya seorang pemimpin dia masih dikagumi oleh bawahannya. Lihat saja Hitler yang kita kenal sangat kejam. Kalau kita pelajari kepemimpinannya, banyak orang yang suka dan kagum dengannya. Bahkan ada yang rela untuk mati bersama-sama dengan Hitler sebagai wujud kesetiaannya. Bagaimana dengan Suharto, seseorang mantan presiden yang dihujat banyak orang? Ketika saya mendengar wawancara dengan salah seorang mantan menteri, dia masih menyatakan suka dan kekagumannya dengan Suharto. Jadi menurut saya, pernyataan ”menjadi pemimpin harus siap dibenci” adalah salah.

Ada beberapa penyebab seorang pemimpin dibenci oleh orang-orang disekitarnya. Penyebab utama adalah tidak jalannya komunikasi. Ini menjadi kunci menggerakkan bawahannya. Pemimpin tersebut tidak mengkomunikasikan dengan baik apa yang akan dikerjakan. Atau pemimpin tersebut tidak berkomunikasi dengan baik untuk menentukan apa yang dikerjakan. Sebelum mengambil keputusan sebaiknya pemimpin berkomunikasi, sehingga orang-orang disekitarnya merasa dilibatkan. Dan jika keputusan yang diambil sangat berbeda dengan apa yang diinginkan orang-orang disekitarnya maka pemimpin harus mengkomunikasikannya dengan baik. Tetap hargai orang di sekitarnya dan menjelaskan keadaan yang membuat keputusan berbeda dengan yang sudah dibicarakan.

Sikap-sikap seperti apakah yang membuat kita dibenci oleh bawahan atau partner kita?

Sikap merasa lebih tahu. Pemimpin memang mendapatkan banyak informasi, pandangannya memang seharusnya paling luas diantara orang-orang yang dipimpinnya. Tetapi banyak hal yang tidak diketahuinya, terutama hal-hal teknis ataupun keadaan real di lapangan. Sering kali pandangan bawahan merupakan perwakilan dari apa yang dilihatnya dan dialaminya setiap hari. Sikap merasa lebih tahu membuat orang-orang di bawahnya merasa jengkel melihat apa yang terjadi. Ingatlah. Tidak ada orang tahu banyak hal. Mungkin tahu teori yang cukup banyak, tidak tidak menjamin tahu apa yang sedang terjadi lebih banyak daripada bawahannya. Ini adalah pemimpin yang bodoh.

Sikap seperti pemilik tunggal perusahaan. Banyak pemipin yang bersikap demikian dan itu adalah salah. Dia merasa bahwa tanggung jawab penuh hanya ada di dirinya dan dirinyalah yang menentukan semua yang terjadi. Merasa tanggung jawab itu baik tetapi jika bersikap seperti pemilik perusahaan maka pemimpin akan cenderung sewenang-wenang. Pemimpin cenderung melupakan peran orang-orang dibawahnya. Donal Trump sebagai pemilik perusahaan Trump justru bersikap tidak seperti pemilik perusahaan. Tujuannya supaya setiap orang-orang dibawahnya merasa menjadi pemilik perusahaan dan merasa berarti hidupnya. Ini adalah pemimpin yang tidak tahu diri.

Sikap seperti jenderal. Sering kali kita membayangkan apapun yang dikatakan Jenderal, kita tidak boleh membantahnya dan kita harus lakukan persis seperti yang dikatakan. Itulah ciri-ciri Jenderal di masa lalu. Karena memang setiap perintahnya berhubungan dengan banyak nyawa dan jika ada satu orang saja melanggar perintahnya maka semua orang bisa mati sia-sia. Banyak juga pemimpin yang bersikap seperti jenderal, memerintah dan perintahnya tidak boleh dikritisi ataupun dibantah. Semua harus dilakukan. Ini adalah pemimpin yang gila kekuasaan.

Sikap menonjolkan diri sendiri. Seorang atasan biasanya melihat orang yang menonjol dan mempromosikannya. Itulah sebabnya banyak orang yang mencoba menonjolkan diri sendiri. Sering kali orang yang menonjolkan diri sendiri tidak lagi bekerja sebagai team. Dia lebih suka menyimpan ide-ide bagus untuk dirinya dan membiarkan yang lain bermasalah (kalau perlu menciptakan masalah dalam diri orang lain) supaya dirinya menonjol.

Sikap melempar tanggung jawab. Banyak orang yang tidak berani bertanggung jawab atas setiap kejadian yang buruk. Atau dia sudah menyiapkan orang yang akan dijadikan kambing hitam sebelum kejadian buruk terjadi. ”Saya memang tidak bisa menyelesaikan pekerjaan tetapi semua itu terjadi karena si A memberikan tugas ini terlambat waktunya.” Si pelempar tanggung jawab tidak pernah berkata,” Aku salah, tolong maafkan atas kesalahanku.” Biasanya ada tetapi atau alasan mengapa dia tidak bisa menyelesaikan tugasnya dan alasan itu akan menyalahka orang lain.

Sikap menekan. Sikap ini seperti ketika kita akan menginjak kursi atau benda lainnya supaya kita lebih tinggi. Banyak pemimpin yang memiliki sikap seperti ini. Menekan bawahannya supaya dirinya terlihat lebih bagus, dinilai lebih tinggi dan dianggap sebagai pemimpin yang baik. Biasanya pemimpin seperti ini akan memberikan tugas yang berat ke bawahannya tanpa memberikan solusi jika mengalami masalah. Tujuannya hanyalah tugas bisa diselesaikan dengan baik tanpa peduli keadaan orang yang menjalankan tugas.

Buat saya jika seorang pemimpin tidak disukai oleh partner kerjanya atau bawahannya berarti dirinya bermasalah. Memang menjadi pemimpin pasti mengecewakan orang. Bisa jadi dia mengambil kebijakan yang berlawanan dengan orang yang dipimpinnya atau dia terpaksa melakukan sesuatu yang membuat bawahannya tidak nyaman. Tetapi jika seorang pemimpin memiliki komunikasi yang bagus dan hubungan yang sehat dengan bawahannya maka si pemimpin tidak akan menjadi orang yang dibenci. Jika Anda seorang pemimpin yang dibenci bawahan Anda tolong cek hal-hal ini. Apakah Anda memiliki sikap seperti yang saya sebutkan diatas? Jika tidak, apakah Anda memiliki hubungan yang sehat dengan orang yang Anda pimpin? Apakah Anda sudah mengkomunikasikan apa yang Anda lakukan dengan baik?

Anda boleh saja mengecewakan bawahan atau partner Anda tetapi janganlah menjadi pemimpin yang dibenci oleh bawahan dan partner Anda.


tulisan

Tips Menjadi Atasan Yang Disukai



Semua orang yang berkarier pasti ingin jadi atasan. Namun, tak mudah meraihnya. Selain dibutuhkan pengalaman dan jam terbang tinggi, juga prestasi di atas rata-rata.

Ya, meraih posisi sebagai atasan memang tak mudah. Diperlukan kerja keras dan upaya keras dalam meraih prestasi gemilang di tempat kerja. Kendati demikian, tak sedikit yang berhasil mencapai posisi tinggi di tempatnya bekerja, dengan prestasi yang luar biasa, bahkan hampir sempurna.

Setelah menduduki posisi sebagai atasan, kini saatnya Anda belajar untuk mengatur sejumlah pekerjaan yang tentunya memiliki tanggung jawab lebih besar lagi, sekaligus mengelola bawahan secara bijaksana. Tak semua atasan berhasil dengan baik mengelola bawahannya, lho! Nah, berikut ini ada sejumlah kiat bagi Anda yang baru saja menjadi seorang atasan agar disenangi, bahkan dikagumi bawahan:

1. Tak Ada Yang Sempurna
Hanya Tuhan yang memiliki segala kesempurnaan. Sebagai atasan, bukan berarti Anda menjadi manusia super yang sempurna. Atasan tak selalu benar dan tak menutup kemungkinan bawahan Anda justru bisa membantu memberi solusi yang menunjang pekerjaan Anda sehari-hari. Jangan malu untuk bercermin pada diri sendiri. Akuilah kekurangan Anda dan jadikan hal itu sebagai cambuk untuk lebih memperbaiki diri lagi.

2. Pentingnya Kepercayaan
Seringkali, sebagai atasan Anda bukanlah tipe yang bisa begitu saja memercayai kinerja bawahan. Namun, ada baiknya pelajari lebih seksama satu per satu bawahan Anda. Kenali lebih dekat lagi, dan galilah hal-hal positif dari setiap bawahan. Jangan pernah menganggap remeh mereka, sebaiknya berilah kepercayaan untuk melakukan pekerjaannya sebaik mungkin. Bila sudah demikian, jangan ragu untuk terus memberi motivasi, semangat, serta memuji hasil kerja keras mereka.

3. Bawahan = Ujung Tombak
Layaknya pasukan perang penjaga kerajaan, begitu juga dengan bawahan Anda. Mereka pasukan Anda, yang maju berperang mewakili perusahaan maupun departemen yang Anda pimpin. Anda tak akan mungkin bekerja tanpa mereka. Oleh karena itu, hargailah setiap tetes keringat yang mereka keluarkan untuk membantu pekerjaan Anda. Bekali mereka dengan segala informasi dan pengetahuan, baik internal maupun eksternal perusahaan, yang dapat menunjang pelaksanaan setiap tugas dengan baik dan benar.

4. Pintar Sekaligus Arif
Sebagai seorang pemimpin tentu Anda harus memiliki tingkat intelegensia dan pengalaman yang sangat baik. Pisau yang terus diasah pasti akan makin tajam dan berkilat. Begitu juga dengan seorang atasan. Janganlah Anda cepat merasa puas dengan hanya memiliki kemampuan yang itu-itu saja. Atasan yang makin hari makin pandai dan pintar, tentu akan membuat bawahan semakin respek terhadap Anda. Namun, kepintaran yang hebat tak akan berarti jika tak disertai kebaikan hati yang tulus.

5. Seni Tarik Ulur
Seni kepemimpinan layaknya permainan tarik tambang. Anda harus mengetahui kapan saatnya untuk menarik dan mengulur. Jika Anda terus menarik secara paksa, kemungkinan tangan Anda sendiri akan terluka. Sebaliknya, bila terlalu lama mengulur Anda tak akan pernah tahu berapa panjang tali yang akan jatuh ke tanah dan tak memiliki arti. Memimpin bawahan yang memiliki latar belakang dan emosi berbeda-beda diperlukan sistem tarik ulur yang tepat. Jangan menarik terlalu keras dan jangan mengulur terlalu lama hingga mengakibatkan bawahan tak produktif lagi.

6. Tetap Profesional
Tak bisa dipungkiri, sebagai wanita seringkali logika kalah dengan perasaan. Nah, Anda harus berhati-hati jika memimpin hanya dengan menggunakan perasaan saja. Bila perasaan menguasai cara-cara memimpin Anda, diri sendirilah yang akan rugi. Anda akan melihat setiap bawahan dari sudut pandang “suka dan tidak suka” secara subyektif. Jika demikian, Anda hanya akan menjadi atasan yang tidak memiliki kedewasaan dalam berpikir. Dan bisa dikatakan, Anda sebenarnya belum “saatnya” menjadi pemimpin. Sebagai atasan yang baik, Anda harus bisa menjalin kedekatan yang sama dengan setiap bawahan, tanpa kecuali.

7. Jadilah Bos Yang Baik
Walau Anda telah berada pada posisi puncak, janganlah menjadi seorang bad boss yang Anda sendiri tidak suka. Bila pernah mengalami peristiwa buruk dengan atasan sebelumnya, inilah saatnya Anda membuktikan diri untuk bisa jadi atasan yang lebih baik. Belajar dari kesalahan orang lain, justru akan mempercepat perkembangan diri Anda, sehingga tak perlu melakukan kesalahan sama, yang bisa memperlambat kinerja Anda. Bila bawahan melakukan kesalahan, tegurlah ia secara empat mata.

8. Lakukan Komunikasi
Menghadapi bawahan yang sering terlibat konflik diperlukan kesabaran. Bila Anda hanya mengomel, tak akan membuat keadaan menjadi lebih baik. Bahkan, bisa bertambah buruk. Selain itu, waktu dan energi Anda akan terbuang sia-sia hanya untuk mengurusi persoalan ini. Oleh karena itu, jangan menunda dan segera selesaikan masalah. (kc)


Tips Menghilangkan Stress ( pengembangan pribadi)

1. KEMBANGKAN KETERATURAN
Berbenahlah. Singkirkanlah barang-barang yang tidak dipakai. Anda bisa memulihkan
rasa tenang kepada sebuah ruangan dengan “pilih dan singkirkan” selama tiga puluh
menit.

2. ALIHKANLAH FOKUS ANDA
Mengalihkan perhatian bisa memberikan istirahat terhadap otak Anda dari pemecahan
masalah serta beban. Tidak mungkin dikuasai rasa kuatir kalau ada sesuatu hal lain yang
rnenarik minat Anda.

3. LUANGKANLAH WAKTU UNTUK BEROLAHRAGA
Hilangkanlah tekanan dari tubuh Anda lewat dua puluh menit aerobik.

4. TERBUKALAH KEPADA ORANG LAIN
Utarakanlah ketegangan Anda kepada teman yang bisa dipercaya.

5. KEMBANGKAN PILIHAN LAIN
Gantilah saluran di otak Anda. Pemecahan masalah lebih efektif kalau pikiran kita sering
beristirahat dari suatu masalah ketimbang terus terobsesi dengannya.

6. AMBILLAH WAKTU UNTUK BERSAAT TEDUH
Jadwalkanlah beberapa waktu istirahat singkat sepanjang hari untuk memperlambat kerja
otak dan tubuh. Dengarkanlah musik yang membuat rileks. Berdoalah dan merenung untuk menyejukkan jiwa.

7. TUNTASKANLAH URUSAN YANG BELUM TUNTAS
Perbaikilah apabila mungkin. Berikanlah ampun ketimbang memendam gerutu.

8. PUTUSKANLAH UNTUK PERCAYA
Salah satu resep terbaik untuk rasa takut adalah mengatakan, “Ya Tuhan, aku memilih
percaya kepada-Mu”.

9. DEDIKASIKANLAH DIRI KEPADA HAL-HAL YANG DASAR
Untuk melihat dengan jelas di tengah-tengah stress yang membutakan : Tidurlah delapan
hingga sembilan jam setiap malamnya; makanlah makanan yang seimbang gizinya;
olahragalah dua hingga tiga puluh menit tiga kali setiap minggunya.

10. LEPASKANLAH
Kalau kewalahan, mundurlah, berilah waktu kepada diri sendiri, dan berhentilah berusaha
terlalu keras. Segalanya tidaklah harus “dituntaskan” hari ini juga.

11. BERTEKUNLAH
Menghindar hanya akan menambah kecemasan. Evaluasilah apa yang dapat dilakukan,
dan kerjakanlah itu. Janganlah terperangkap dalam pendekatan “segalanya atau tidak
sama sekali”.

12. JANGANLAH MENJADI ORANG “TIPE SERBA BISA”
Tak ada yang dirancang untuk menjadi segalanya bagi semua orang. Hanya Tuhan seoranglah yang dapat memenuhi uraian tugas itu.